Selasa, 01 November 2016

Kisah Nyai Ahmad Dahlan dipingit dan dilarang mengenyam pendidikan

Kisah Nyai Ahmad Dahlan, dipingit dan dilarang mengenyam pendidikan


Cara Hemat Pererat Pertemanan dengan JalanJalan Seperti layanan sang suami, tokoh wanita hebat yang satu ini gigih dalam menebarluaskan Agama Islam serta mendidik wanita. Gelar sebagai Pahlawan Nasional juga pantas disandangnya, siapakah sosoknya? Siti Walidah atau yang lebih di kenal dengan Nyai Ahmad Dahlan lahir dari keluarga pemuka Agama Islam serta Penghulu resmi Keraton, Kyai Haji Fadhil. Mulai sejak kecil Siti Walidah sudah memperoleh pendidikan agama yang baik lantaran orang tuanya juga adalah petinggi agama di Keraton Yogyakarta. Lantaran argumen kebiasaan yang ketat, tiap-tiap anak wanita dalam lingkungan Keraton Yogyakarta mesti tinggal (dipingit) dirumah sampai datang waktunya untuk ia menikah. Mengakibatkan, Siti Walidah tak pernah mengenyam pendidikan umum terkecuali pendidikan agama yang didapat dari ayahnya. Siti Walidah setelah itu menikah dengan sepupunya yang baru pulang dari Tanah Suci, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Sesudah pernikahan itu, Siti Walidah di kenal dengan nama Nyi Ahmad Dahlan. Buah pernikahannya dengan K. H. Ahmad Dahlan yaitu mereka dikaruniai enam orang anak. Sebagai suami dari seseorang pemuka agama yang memiliki pemikiranpemikiran revolusioner, Siti Walidah serta suaminya kerap memperoleh kecaman serta mengenaian lantaran pengembangan yang dikerjakanya. Tetapi, Siti Walidah tetaplah mensupport suaminya itu dalam berdakwah serta menebarluaskan pemikiranpemikirannya. Walau tidak pernah mengenyam pendidikan umum, Nyai Ahmad Dahlan memiliki pandangan yang luas. Hal semacam itu karena sebab kedekatannya dengan tokohtokoh Muhammadiyah serta tokoh pemimpin bangsa yang lain yang juga adalah rekan seperjuangan suaminya. Keterlibatan Nyai Ahmad Dahlan dalam Organisasi Muhammadiyah diawali waktu ia turut meniti grup pengajian wanita Sopo Tresno (Siapa Cinta) pada th. 1914. Aktivitas yang dirintis dalam pengajian itu yaitu pengkajian agama yang di sampaikan dengan cara bertukaran oleh pasangan suami istri itu. Sesudah grup pengajian itu jalan lancar serta anggotanya terus-terusan jadi tambah, Nyai Ahmad Dahlan lalu memikirkan untuk meningkatkan Sopo Tresno jadi satu organisasi kewanitaan berbasiskan Agama Islam yang mapan. Pada akhirnya dipilihlah nama Aisyah sebagai organisasi Islam untuk kaum hawa. Pas saat malam peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW pada 22 April 1917, organisasi itu resmi didirikan. Siti Bariyah lalu tampak sebagai ketuanya. Lima th. sesudah didirikan, Aisyiyah resmi jadi sisi dari Muhammadiyah. Nyai Dahlan pilih mengajari orang-orang dengan karya riil. Ia buka asrama serta sekolahsekolah puteri serta mengadakan kursuskursus pelajaran Islam serta pemberantasan buta huruf untuk golongan wanita. Diluar itu, ia juga membangun rumahrumah miskin serta anak yatim wanita dan menerbitkan majalah untuk kaum hawa. Ia bersamasama dengan pengurus Aisyiyah, kerap mengadakan perjalanan ke luar daerah hingga ke pelosok desa untuk menebarluaskan ideidenya. Ia juga sering mendatangi cabangcabang Aisyiyah seperti Boyolali, Purwokerto, Pasuruan, Malang, Kepanjen, Ponorogo, Madiun, dsb. Karena itu, walau tak duduk dalam pengurus Aisyiyah, organisasi itu berasumsi Nyai A Dahlan yaitu Ibu Aisiyah serta Ibu Muhammadiyah. Nyai Ahmad Dahlan lalu meninggal dunia pada tanggal 31 Mei 1946 pada umur 74 th..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar